Cuaca
tidak mendung, panas terik menyengat. Tapi ada mendung di matamu saat
aku datang dan menatap lurus ke arahmu yang duduk dipojok dibalik remang
cahaya lampu dan hingar bingar musik, kesedihanmu tak bisa
disembunyikan.
Mungkin butiran air mata itu sudah
sirna, menetes membentuk telaga. Jatuh seperti air terjun. Bukankah
setiap air mata adalah air terjun yang akan menciptakan pelangi. Seperti
judul lagu cold play "Every teardrop is a waterfall"
Maybe I'm in the black, maybe I'm on my knees
Maybe I'm in the gap between the two trapezes
But my heart is beating and my pulses start
Cathedrals in my heart
As we saw oh this light I swear you, emerge blinking into
To tell me it's alright
As we soar walls, every siren is a symphony
And every tear's a waterfall
Is a waterfall
Oh
Is a waterfall
Oh oh oh
Is a is a waterfall
Every tear Is a waterfall
cahaya
masih remang di sudut mu, aku melangkah menghampiri. Tatapan mu lembut,
mengarah tepat ke jantungku. Pada suatu detik, aku menjadi saksi akan
terbentuknya sebuah telaga dari airmata. Dan, saat yang sama setetes
airmata mu keluar lagi. Begitu bening jatuh seperti embun mengalir turun
ke bawah, luruh ke bumi. Aku hanya bisa diam, menatap dari sudut dimana
aku biasa duduk, tidak jauh dari mu.
Seiring jatuhnya
nada bening itu, tanpa isak yang terdengar. Ketika itu pula sebagian
diriku terhempas. Ada kesedihan yang memaksa masuk di ronga dada ku.
Seandainya saja aku bisa membagi kebahagiaanku denganmu, agar kamu tidak
bersedih. Seka airmatamu dan biarkan kesediahan jatuh disitu, di telaga
yang kau buat itu. Pergilah bersama sampan dan dayung yang kubuatkan
dari kayu-kayu kasih yang tak akan pernah lapuk. Tidur lah....., walau
aku tetap di sini, di pingir jurang ini.
Mungkin pada
akhirnya, semua mesti di terima. Sejauh dirimu lari, lelah saja sendiri,
lalu tersungkur di muara tak bertuan. Bila kita harus menikmati betapa
pun sedihnya saat itu, betapun dirimu menangis dalam diam. Barangkali
saat kamu pejamkan matamu, butiran nada-nada airmata membentuk dunia.
Bukankah kamu masih punya dunia? Dunia dengan kicau burung dipagi hari
yang menahanmu utk melangkah kerja. bagi dunia, mungkin engkau adalah
seseorang..namun bagi seseorang, mungkin engkau adalah dunianya.. Dan
aku, apa yang kulakukan selain duduk di disini, tiada yang dapat
kulakukan kecuali menghiburmu. Sebenarnya, memang aku tak selalu
memahami dan mengerti kamu. Ah, maafkan diriku.
Mungkin
saja aku salah, kesabaran bukan seperti bola yang tidak ada batasnya
meski juga tidak menutup kemungkinan benar. Aku tak bisa memberikan
apa-apa selain persahabatan, dan secuil nasehat, karna aku sendiri tak
lepas dari airmata yang juga sudah membentuk telaga dimana disudutnya
ada air terjun yang jatuh menimpa cadas nan serpihannya saja bisa
merobek hati.
Cukup sudah, setiap airmata akan jatuh
kebawah dan hilang dikakimu, dan pada akhirnya tidak akan ada yang
terisa, saat itu kesadaran mu akan tumbuh, kesadaran mu menetukan arah
pengembaraanmu, menuju kemanakah? Hanya kamu yang tau jalurnya. Di titik
itu, di sanalah aku kan menunggu kesadaranmu yang kembali menguasaimu.
Saat itu aku tahu kamu kembali berdiri tegar tidak lagi pergi entah
kemana, kamu sudah pulang.
Sekarang gerimis mulai
turun, percikannya membasahi jendela, panas terik berubah dengan
cepatnya. Hujan mengguyur dan hujan dimatamu masih ada. Biarlah derai
itu tetap jatuh, jangan kau tahan, puaskanlah, setiap serpihan tetes air
mata akan menjadi anak sungai menuju samudara,lepas. Rasakan saja.
jangan pedulikan apa yang dikatakan orang padamu, sedangkan aku,
izinkanlah aku menjadi teman untuk sekadar menghapus air mata dipipimu.
Tuesday, December 13, 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)