Wednesday, April 1, 2015

labirin hati

Terduduk di masa lalu saat bayang kembali ke awal waktu aku masih rajin kerumahmu di sebuah sudut kota yang panas berdebu. Bayangan masa lalu bermain di otaku saat jejak kaki melangkah menelusuri lorong kecil sudut jalan, jalan kerumah mu. Kakiku menapak, melayang menembus waktu. Melangkah ke situ, ya ke rumahmu.

Dulu....
Sebuah janji terucap saat setahun dari hari itu kita akan bertemu di rumahmu. Saat kepergianku mengejar asa ke ibu kota. Aku pergi dan akan kembali. Kita berpisah dalam kata tanpa menyentuh, hanya hati yang bicara. Aku pergi.

Kakiku melangkah menelusuri jalan kecil, matahari kembali menampar, panasnya membakarku. Mungkin ia cemburu akan langkahku menuju rumahmu. Atau mungkin karna riang langkahku nan bahagia? Tuk sekedar bertemu denganmu, tuk melirik mimpiku yang dulu ku titip padamu saat matahari masih mulai meninggi. Biarkan debu mengepul dalam setiap langkah yang ingin merangkul.


Langkahku terhenti. Debupun hinggap disepatu, saat aku berdiri terpaku di persimpangan. Menatap lurus kedepan, ke subuah rumah nan kosong. rumahmu sudah kosong. Terpaku aku berdiri diantara tumpukan tanya yang bermain di otakku. Seribu kata dan tanya menari dan aku masih berdiri. Siang sudah jatuh, debu terhepas ke tanah, imajinasiku terbang entah kemana mengelinjang hilang dalam ruang tanpa ujung, penantianku bagai tengelam digilas tersesat dalam labirin hati. Sejuta tanya tak terjawab dan sejuta asa digilas waktu.

Dan...
Waktupun terlambat menemukan mu, lalu senja datang menjelang, tak ada yang perlu dipersalahkan, juga tidak pada labirin hati yang tak terselesaikan. Biarkan waktu mengalir tanpa ada tanya.


Leia Mais…