Tuesday, December 13, 2011

Every tear is a waterfall

Cuaca tidak mendung, panas terik menyengat. Tapi ada mendung di matamu saat aku datang dan menatap lurus ke arahmu yang duduk dipojok dibalik remang cahaya lampu dan hingar bingar musik, kesedihanmu tak bisa disembunyikan.

Mungkin butiran air mata itu sudah sirna, menetes membentuk telaga. Jatuh seperti air terjun. Bukankah setiap air mata adalah air terjun yang akan menciptakan pelangi. Seperti judul lagu cold play "Every teardrop is a waterfall"


Maybe I'm in the black, maybe I'm on my knees
Maybe I'm in the gap between the two trapezes
But my heart is beating and my pulses start
Cathedrals in my heart
 

As we saw oh this light I swear you, emerge blinking into
To tell me it's alright
As we soar walls, every siren is a symphony
And every tear's a waterfall
Is a waterfall
Oh
Is a waterfall
Oh oh oh
Is a is a waterfall
Every tear Is a waterfall


cahaya masih remang di sudut mu, aku melangkah menghampiri. Tatapan mu lembut, mengarah tepat ke jantungku. Pada suatu detik, aku menjadi saksi akan terbentuknya sebuah telaga dari airmata. Dan, saat yang sama setetes airmata mu keluar lagi. Begitu bening jatuh seperti embun mengalir turun ke bawah, luruh ke bumi. Aku hanya bisa diam, menatap dari sudut dimana aku biasa duduk, tidak jauh dari mu.

Seiring jatuhnya nada bening itu, tanpa isak yang terdengar. Ketika itu pula sebagian diriku terhempas. Ada kesedihan yang memaksa masuk di ronga dada ku. Seandainya saja aku bisa membagi kebahagiaanku denganmu, agar kamu tidak bersedih. Seka airmatamu dan biarkan kesediahan jatuh disitu, di telaga yang kau buat itu. Pergilah bersama sampan dan dayung yang kubuatkan dari kayu-kayu kasih yang tak akan pernah lapuk. Tidur lah....., walau aku tetap di sini, di pingir jurang ini.

Mungkin pada akhirnya, semua mesti di terima. Sejauh dirimu lari, lelah saja sendiri, lalu tersungkur di muara tak bertuan. Bila kita harus menikmati betapa pun sedihnya saat itu, betapun  dirimu menangis dalam diam. Barangkali saat kamu pejamkan matamu, butiran nada-nada airmata membentuk dunia. Bukankah kamu masih punya dunia? Dunia dengan kicau burung dipagi hari yang menahanmu utk melangkah kerja. bagi dunia, mungkin engkau adalah seseorang..namun bagi seseorang, mungkin engkau adalah dunianya.. Dan aku, apa yang kulakukan selain duduk di disini, tiada yang dapat kulakukan kecuali menghiburmu. Sebenarnya, memang aku tak selalu memahami dan mengerti kamu. Ah, maafkan diriku.

Mungkin saja aku salah, kesabaran bukan seperti bola yang tidak ada batasnya meski juga tidak menutup kemungkinan benar. Aku tak bisa memberikan apa-apa selain persahabatan, dan secuil nasehat, karna aku sendiri tak lepas dari airmata yang juga sudah membentuk telaga dimana disudutnya ada air terjun yang jatuh menimpa cadas nan serpihannya saja bisa merobek hati.

Cukup sudah, setiap airmata akan jatuh kebawah dan hilang dikakimu, dan pada akhirnya tidak akan ada yang terisa, saat itu kesadaran mu akan tumbuh, kesadaran mu menetukan arah pengembaraanmu, menuju kemanakah? Hanya kamu yang tau jalurnya. Di titik itu, di sanalah aku kan menunggu kesadaranmu yang kembali menguasaimu. Saat itu aku tahu kamu kembali berdiri tegar tidak lagi pergi entah kemana, kamu sudah pulang.

Sekarang gerimis mulai turun, percikannya membasahi jendela, panas terik berubah dengan cepatnya. Hujan mengguyur dan hujan dimatamu masih ada. Biarlah derai itu tetap jatuh, jangan kau tahan, puaskanlah, setiap serpihan tetes air mata akan menjadi anak sungai menuju samudara,lepas. Rasakan saja. jangan pedulikan apa yang dikatakan orang padamu, sedangkan aku, izinkanlah aku menjadi teman untuk sekadar menghapus air mata dipipimu.

Leia Mais…