Tuesday, April 27, 2010

Pareto


Barusan dengar lagu lama judulnya *astaga* terutama liriknya pada bagian ini:

Sementara yang lainnya
Hidup seenaknya
Seakan waktu takkan pernah
Ada akhirnya
Hanya mengejar kepentingan diri sendiri
Lalu cuek akan derita sekitarnya
Oh..astaga
Apa yang sedang terjadi
Jadi kepikiran keaadaan dikantor, dimana sebagian tidak ada kerjaan dan sebagian lainnya sibuk sekali, Astaga...Apa yang salah?

Dulu waktu saya masih berkeja dijakarta saya sering membuat laporan dalam bentuk grafik Pareto. Dan saya juga membuat system aplikasi untuk analisis pabrik berdasarakan pareto. Pareto ini berawal dari seseorang yang bernama Vilfredo Pareto (1848 - 1923) melakukan penelitian dan menyatakan 80% kekayaan negara hanya dinikmati oleh 20% kelompok tertentu saja. Artinya, 80% dari rakyat hanya menikmati 20% dari kekayaan negara. Penelitiannya ini berkembang terus kesegala aspek, dan menjadi sebuah hukum yang disebut pareto's law (http://id.wikipedia.org/wiki/ABC_Classification_dan_Pareto's_Law).

Hukum ini menyatakan bahwa manusia, benda-benda, waktu, keahlian, atau semua alat produksi telah memiliki aturan alamiah yang berkaitan antara hasil dan aktivitas dengan jumlah perbandingan mulai dari 80/20 atau 70/30. Artinya dalam bahasa awam bahwa rata-rata dalam suatu sistem hanya 20 persen komponen yang benar-benar vital sedang 80 persen sisanya adalah pelengkap.

Sekarang mari kita bawa teori ini kedalam tempat kerja kita maka, dari semua pegawai diperusahan kita hanya 20 persen bisa dikategorikan produktif sedang sisanya 80 persen merupakan pelengkap bahkan bisa menjadi beban bagi pegawai lainya. Astaga...apa yang sendang terjadi... lagu tersebut mengingatkan saya lagi, hanya 20 persen karyawan yang berkerja keras sisanya? who care..hahahaha, karna itu bukan salah karyawan tersebut tapi system.

waktu bekerja dijakarta saya pernah mendapatkan pelatihan tentang six sigma dan merancang program untuk Analisa serta grafiknya. Six Sigma adalah salah satu metode dalam perbaikan proses (process improvement) yang belakangan ramai dibicarakan orang. Bahkan, bagi sebagian organisasi, Six Sigma bukan hanya sekadar metode tapi sudah menjadi strategi bisnis yang menjadi tulang punggung perusahaan tersebut.

Six Sigma dimulai oleh Motorola ditahun 1980-an dimotori oleh salah seorang engineer disana bernama Bill Smith atas dukungan penuh CEO-nya Bob Galvin. Motorola menggunakan statistics tools diramu dengan ilmu manajemen menggunakan financial metrics (yaitu Return on Investment, ROI) sebagai salah satu metrics/alat ukur dari quality improvement process. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry dan Richard Schroeder yang lebih lanjut membuat metode ini mendapat sambutan luas dari petinggi Motorola dan perusahaan lain.

Dalam six sigma tersebut terdapat hukum Pareto yang merupakan komponen atau salah satu tools dari six sigma untuk membantu manajemen mengambil keputusan. Jadi untuk membantu manajemen mengatasi cacat-cacat tersebut bisa digunakan tools ini dimana tentu saja harus dikumpulkan data statistik-nya terlebih dahulu. Seperti Data kinerja karayawan, apa manfaatnya serta lain sebagainya. Dari sini manajemen perusahan dapat mengambil keputusan apakah akan mengeluarkan karyawan tidak berguna atau menambah karyawan baru agar semua komponen yang ada tadi bisa jadi berguna.


Kitting
(sebagian disadur dari blog lamaku, trus dimodifikasi)