Monday, May 24, 2010

Cakrawala abu-abu


Sore itu cakrawala abu-abu, jingga tidak membakar langit. Tak ada senyummu dilangit yang hampir kelam. Langit serasa padam seperti senyummu yang juga menghilang. Terbawa cuaca yang abu-abu, bercampur hujan gerimis tipis.

Sampai ke tepian, hanya angin yang berubah arah. Menyambar dedaunan dipingir jalan. Bermain bersama ranting patah dan debu yang basah. Mungkin ia berusaha menebas harapan diantara langit yang abu-abu. Menyingkirkan debu untuk jalan yang tidak disinari senja.

Atau hanya memberi sedikit suara desah yang selalu membawamu datang kemudian pergi sekehendak hati, menjauh dan mendekat seperti angin yang mempermainkan ranting kering, debu yang basah dan dedauan yang berputar mengelilingi kita. Tertiup dan jatuh ketanah.

Mungkin kau masih ingat bebera bait cerita yang menggantung. Tentang senja yang keburu dijemput malam. Tentang jejak-jejak ditanah yang basah. Langit yang abu-abu, masih menjaga jejak itu atau sampai kemarau akan menghapusnya?